Etretinat dan acitretin untuk penyakit psoriasis, mana dan kapan lebih tepat digunakan
Desain prodrug dapat mengubah cara obat didistribusi dan dimetabolisme di dalam tubuh.
Desain obat merupakan bidang penelitian yang menarik di bidang farmakologi dan kimia medisinal. Dengan memodifikasi struktur kimia, para ilmuwan dapat mengubah sifat farmakokinetiknya, seperti penyerapan (absorpsi), distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Hal ini dapat meningkatkan kemanjuran, mengurangi toksisitas, dan manfaat lainnya bagi pasien.
Salah satu contoh bagaimana desain prodrug dapat secara signifikan mengubah sifat obat, diilustrasikan oleh dua obat berdasarkan struktur asam retinoat yang digunakan untuk mengobati psoriasis. Obat-obatan ini, etretinat dan acitretin, memiliki waktu paruh terminal yang sangat berbeda, sehingga salah satu obat lebih cocok dibandingkan yang lain untuk pasien tertentu, terutama wanita usia subur. Pada artikel ini, kita akan membahas perbedaan antara kedua obat ini dan bagaimana desain prodrug dapat memengaruhi biodistribusi dan waktu paruh biologis obat.
Apakah prodrug?
Prodrug adalah senyawa yang tidak aktif secara biologis yang diubah menjadi molekul obat aktif secara in vivo. Pendekatan ini dapat meningkatkan ketersediaan hayati (bioavaibilitas), kelarutan, dan spesifisitas target obat, serta mengurangi toksisitas dan efek samping. Prodrug juga dapat digunakan untuk menargetkan jaringan atau organ tertentu, yang dapat mengurangi efek dan toksisitas di luar target.
Prodrug biasanya merupakan versi modifikasi kimiawi dari molekul obat aktif. Modifikasi dapat berupa gugus kimia atau penghalang fisik yang mencegah obat berinteraksi dengan targetnya sampai berada di dalam tubuh.
Setelah prodrug memasuki tubuh, ia mengalami perubahan kimiawi, baik melalui proses enzimatik maupun non-enzimatik, yang mengaktifkannya dan mengubahnya menjadi molekul obat aktif (metabolit aktif). Konversi ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, seperti hati, ginjal, atau tempat aksinya.
Pengembangan obat berbasis asam retinoat untuk psoriasis
Contoh klasik dari desain prodrug yaitu pengembangan dua obat berdasarkan struktur asam retinoat yang digunakan untuk mengobati psoriasis, suatu penyakit kulit autoimun kronis yang ditandai dengan bercak merah bersisik pada kulit.
Etretinat dan acitretin merupakan dua obat yang memiliki struktur yang sama dengan asam retinoat, turunan vitamin A yang penting untuk penglihatan, pertumbuhan, dan perkembangan. Etretinat pertama kali disetujui oleh FDA AS pada 1986 untuk pengobatan psoriasis.
Ada perbedaan mencolok antara etretinat dan acitretin yaitu pada waktu paruh terminalnya.
Waktu paruh etretinat yang panjang yaitu 120 hari membuatnya tidak cocok untuk wanita usia subur karena potensi efek teratogeniknya1.
Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti mengembangkan acitretin, metabolit aktif dari etretinat, yang memiliki waktu paruh yang jauh lebih pendek yaitu 33-96 jam. Hasilnya, acitretin telah menjadi pengobatan yang lebih disukai untuk wanita usia subur, karena dapat dieliminasi dari tubuh lebih cepat dan sehingga memiliki risiko lebih rendah untuk membahayakan janin jika wanita subur tersebut tiba-tiba ingin menikah dan hamil.
Namun, jika wanita tidak ada rencana hamil dalam waktu dekat, maka pemilihan etretinat juga masuk akal jika ternyata obat itu efektif. Hal ini memberikan keuntungan yaitu pasien akan bebas dari psoriasi berbulan-bulan karena waktu paruh obat etretinat yang lebih lama. Jadi, pilihan antara kedua obat tersebut mungkin tergantung pada keadaan dan kebutuhan masing-masing pasien. Sehingga peran dari dokter dan apoteker sangat penting untuk memilihkan obat yang tepat untuk pasien.
Hati-hati dengan alkohol
Ternyata, di dalam tubuh acitretin dapat balik menjadi etretinat jika seseorang tadi meminum alkohol. Sehingga sangat penting disampaikan pada wanita usia subur yang menggunakan acitretin untuk pengobatan psoriasisnya untuk meminum alkohol.
Wanita subur harus diberi tahu tentang pentingnya pantang alkohol secara ketat selama pengobatan dan setidaknya selama 2 bulan setelah menghentikan terapi. Dalam kasus ketidakpatuhan terhadap pantang alkohol, maka harus direkomendasikan periode kontrasepsi pasca terapi selama 2-3 tahun2.
Kesimpulannya, desain prodrug merupakan aspek penting dalam pengembangan obat yang secara signifikan dapat mengubah farmakokinetik dan profil keamanan obat. Pengembangan etretinat dan acitretin menyoroti pentingnya mempertimbangkan kemanjuran dan keamanan obat, terutama untuk wanita usia subur.
Dalam hal ini etretinat adalah sebagai prodrug, sedangkan acitretin adalah metabolit aktif. Tetapi acitretin ini dapat diproduksi secara sintesis di pabrik, sehingga dapat digunakan tanpa harus mulai dari etretinat. Penggunaan acitretin sebagai alternatif yang lebih aman untuk wanita hamil menunjukkan aplikasi praktis dari desain prodrug dalam pengembangan obat.
Mata kuliah terkait: Kimja Medisinal
Referensi
Geiger JM, Saurat JH. Acitretin and etretinate. How and when they should be used. Dermatol Clin. 1993 Jan;11(1):117-29. PMID: 8435906.
Grønhøj Larsen F, Steinkjer B, Jakobsen P, Hjorter A, Brockhoff PB, Nielsen-Kudsk F. Acitretin is converted to etretinate only during concomitant alcohol intake. Br J Dermatol. 2000 Dec;143(6):1164-9. doi: 10.1046/j.1365-2133.2000.03883.x. PMID: 11122016.